Sabtu, 15 Januari 2011

RESPON RUSIA TERHADAP PERLUASAN NATO


LATAR BELAKANG MASALAH

            NATO merupakan sebuah organisasi yang didirikan untuk menandingi kekuatan Unisoviet, namun pasca runtuhnya Pakta Warsawa, North Atlantic Treaty Organization semakin memperluas wilayahnya sampai ke Eropa Timur dan Tengah. Sampai saat inipun NATO menjadi kekuatan yang mendominasi di tataran Eropa dan Internasional. Setelah terpecahnya Unisoviet menjadi Negara-negara kecil merdeka dan lebih bersabahat dengan negara barat, ini biasa dilihat dari beberapa negara dari Pakta Warsawa yang bergabung dengan NATO. Dalam perkembangannya perluasan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara tersebut tersebut merubah perbatasan NATO sehingga pangkalan militerpun meluas ke Eropa Timur dan Tengah dengan alasan menjaga keamanan anggotanya dari semua ancaman.
            Namun ekpansi NATO tersebut mendapat respon negative dari Rusia yang memandang perluasan tersebut merupakan sebuah bentuk ancaman baik untuk mengalienasi Rusia, yang tujuannya untuk mempersempit hegemoni Rusia dikawasan tersebut. Selain itu Rusia memandang bahwa ekpansi keanggotaan NATO ke Eropa Timur akan membuat Rusia terisolir setelah berkurangnya pintu keluar ke Laut Baltik Dan Laut Hitam serta banyaknya perbatasan yang pindah kenegara lain. Rusia yang mulai bangkit dari keterpurukan ekonomi merespon ancaman tersebut dengan mereformasi peralatan militer Rusia dengan cara meningkatkan anggaran militernya untuk mengembalikan pengaruh Rusia, dengan adanya peningkatan militer Rusia bisa memberikan pengaruh terhadap NATO dan untuk membuat takut negara-negara bekas Uni Soviet untuk bergabung menjadi keanggotaan NATO
            sehingga hubungan Rusia dengan NATO tersebut menjadi tegang dan ancaman tersebut di respon oleh Rusia dengan beberpa cara misalnya Rusia menggertak NATO agar tidak memperluas keanggotaannya dan menggunakan kekuatan militernya untuk menyerang Georgia dengan alasan membela Ossitia Selatan, selain itu Rusia  memperkuat pengaruhnya dengan membentuk organisasi kerjasama dengan bekas Uni Soviet yang berada di Asia tengah, China dan Iran dan negara Amerika latin. Selain itu Rusia juga mengaktifkan kembali operasi militernya baik melalui Udara dan Laut

POKOK PERMASALAHAN
           
            Dari pemaparan di atas maka rumusan masalahnya, kenapa  perluasan keanggotaan NATO menjadi ancaman bagi Rusia?


A.                KONSEP
Dalam penelitan respon Rusia terhadap perluasan NATO penulis menggunakan konsep deterrence. Deterrcen merupakan sebuah cara suatu negara untuk mempegaruhi negara lain dalam artian suatu negara akan menekan negara lain untuk tidak melakukan penyerangan dalam hal ini biasanya suatu negara akan melakukan gertakan, modernisasi militer, operasi militer melalu darat maupun laut selain itu bisa melalui nuklir.[1] Sehingga dengan perlengkapan tersebut nantinya bisa membentuk suasana sikologis yang mengakibatkan negara lain akan berpikir ulang untuk melakukan suatu tindakan yang tidak di inginkan, deterrence biasanya dilakukan sebelum perang terjadi dengan cara memberikan ancaman sikologis bisa secara gertakan, kapabilitas pertahanan dan lengkapnya alat pertahanan menjadi penting karna ini menjadi instrument deterrence itu bisa berjalan, misalnya nuklir merupakan senjata yang paling ampuh untuk melakukan suatu suasana sikologis atau akan membuat lawan berpikir ulang untuk mengadakan konfrontasi, deterrence adalah sebuah cara yang ofensif atau agresif namun deterrence lebih pada meningkatkan kapabiltas militer untuk mencegah negara yang agresif melakukan penyerangan.     

B.  TEORI
Teori neo-realis walaupun ada perbedaan dengan realis namun neo-realis masih mempertahankan misalnya dalam melihat system internasional yang anarkis dan kepercayaanya pada struktur keseimbangan kekuasaan internasional. Menurut waltz kondsisi system politik internasional di tandai dengan suatu system keseimbangan kekuasaan dikarenakan desakan dari ciri lingkungan internasional itu sendiri. dalam artian disini suatu negara akan meningkatkan kekuatannya militernya untuk defensive karna factor ancaman dari luar.[2] Perubahan suatu tindakan suatu negara yang dikarenakan lingkugannya tidak lepas untuk menjaga keamanan negaranya. Biasanya Negara akan cendrung meningkatkan kemampuan atau kapabilitas militernya sebagai respon dari lingkugan tersebut.[3]
Setiap negara pada dasarnya membutuhkan sebuah sandaran atau yang pengaturan yang dapat menjamin keberlangsungan hidupnya, dalam suatu system tersebut negara akan mengejar satu atau dua tindakan tersebut, Yaitu: mereka melibatkan usaha internal untuk meningkatkan distribusi kekuatan militernya, kemampuan ekonomi dan politik, selain itu juga secara ekternal berupaya membangun suatu persekutuan dengan actor lainnya.dalam rangka menjamin survival life di level intenasional yang anarkis tersebut. Neo-Realis melihat bahwa struktur yang membentuk atau memaksa suatu aktor-aktor berhubungan satu sama lainnya.dalam teori neorealist aktor menjadi kurang penting karna struktur yang membuat atau bertindak demikian, artinya tidak ada tempat bagi pembuat kebijakan luar negeri yang bebas dari struktur system, sehingga suatu negara dengan adanya tekanan dari sistem akan membentuk sebuah perimbangan kekuatan baik itu melalui aliansi ataupun peningkatan militer atau peningkatan kapabilitas militer.

C.        HIPOTESIS
Jawaban sementara dari penelitian Respon Rusia dalam menanggapi perluasan NATO ke Eropa Timur dan Tengah dan ke inginan NATO merelokasi militernya ke Eropa Timur mendapatkan Reaksi keras dari Rusia karna perluasan tersebut akan membuat Rusia terisolir, sehingga untuk menandingi NATO tersebut Rusia melakukan peningkatan anggaran militer yang tujuannya untuk meningkatkan kapabilitas militernya, selain itu Rusia mencoba melakukan alliansi dengan negara militer misalnya yang tergabung dalam organisasi CIS, SCO, SCTO dan Venezeula, Cuba, Iran dan Korut.


[1] Menurut Mohtar Mas,ud, ilmu Hubungan Internasional,Jakarta, LP3ES, 1990
[2]Shaumil Hadi dalam bukunya third debat dan kritik positivisme.’Yogyakarta,jalasutra 2008.

PEMBAHASAN

1.a. PERLUASAAN NATO
            Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( NATO ) didirikan dengan kesepakatan Washinton 1949 untuk mengimbangi kekuatan Soviet dan meluasnya pengaruh komunis bagi negara-negara lain, dalam perjanjian tersebut dua belas negara yang tergabung dan menjadi anggota pertama NATO ialah, Amerika Serikat, Belgia, Inggris, Canada, Denmark, Prancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Nederland, dan Norwegia, dan Yunani dan turki baru menjadi anggota pada tahun 1952, Jerman 1955 dan Spanyol 1982.[2]  Namun pasca runtuhnya Unisoviet tidak membuat NATO juga membubarkan diri sampai sekarang sehingga organisasi tersebut menjadi aktor tunggal internasinal yang dominant baik di kawasan maupun internasional, selain itu organisasi tersebut juga semakin melebarkan keanggotaannya sampai ke Eropa Timur dan Eropa Tengah, strategi NATO ialah untuk meluaskan keanggotaannya dengan mempermudah atau melonggarkan prasyarat masuk bagi negara-negara Eropa Timur yang ingin masuk menjadi anggota mereka. Selain syarat tersebut NATO juga akan memberikan bantuan keuangan atau militer dan keamanan bagi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara tersebut jika terjadi ancaman. hal ini tercermin dari jadwal masuknya anggota baru pasca perang dingin seperti yang tergambarkan dibawah ini. Aggota baru NATO perluasan pasca perang dingin seperti berikut ini.
o Polandia (1999)
o Hungaria (1999)
o Bulgaria (2004)
o Estonia (2004)
o Latvia (2004)
o Lituania (2004)
o Romania (2004)
o Slowakia (2004)
o Slovenia (2004)
            Banyaknya negara-negara bekas Uni Soviet yang bergabung dengan NATO  baik dari Eropa Tengah dan Timur seperti yang disebutkan di atas akan menjadi ancaman bagi Rusia dari segi keamanan, Ekonomi maupun pengaruh atau hegemoni Rusia terhadap negara-negara Eropa Timur, Eropa Tengah dan Asia Tengah apalagi di tambah lagi banyak negara-negara bekas Uni Soviet yang belum bergabung merencanakan akan bergabung. Selain itu negara-negara yang tergabung dengan NATO tersebut ada yang menjadi pangkalan militer NATO. 


2.b. RESPON RUSIA
            Rusia merupakan negara bekas Uni Soviet dimana negara ini mulai bangkit dari keterpurukan dari ekonomi, militer di bawah Putin. Selain itu juga demokrasi yang di anut adalah demokrasi ala Rusia. Misalnya kepala daerah yang dipilih tanpa pemilihan umum di tunjuk langsung oleh Putin, dan juga mereformasi  ekonomi dari ekonomi liberal menjadi ekonomi terpusat dimana sumber daya alam dikuasai oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakatnya, juga modernisasi militer, riset, dan pemeliharaan militer.
            Terkait dengan respon Rusia terhadap perluasan NATO terhadap penempatan NATO merelokasi pangkalan militernya kesejumlah negara Eropa Timur yang sudah menjadi anggota seperti Bulgaria, Rumania, dan Polandia rencana tersebut mengundang kekwatiran dari Rusia karna  penempatan pangkalan militer tersebut memindahkan garis depan system pertahanan NATO kedekat wilayah Rusia, sedangkan kalau dilihat dari negara-negara yang akan di tempatkan rudal tersebut secara geografis merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Rusia seperti halaman depan dan belakangnya.[3]  Perluasan NATO ke Eropa Timur tersebut mendapat protes keras dari Rusia namun tidak pernah di gubris, Perluasan NATO dianggap merusak tatanan dunia yang telah ada. Moskow telah membuat garis merah bagi ekpansi NATO ke Timur selanjutnya yakni kebekas negara-negara Uni Soviet Seperti negara-negara Baltik: Lithunia, Latvia, dan Estonia, ekpansi ini akan memicu timbulnya pemisah baru, selain itu yang menjadi kekwatiran Rusia adalah hegemoni Rusia akan hilang dan Rusia akan menjadi terisolir setelah berkurangnya pintu keluar ke Laut Baltik Dan Laut Hitam serta banyaknya perbatasan yang pindah kenegara lain yang memotong Rusia dari Eropa dan Asia Tengah.[4]
            Perseturuan Rusia dengan NATO ancaman terisolir dari wilayah Eropa membuat Rusia memperkuat hubungan dengan negara-negara bekas Uni Soviet yang tergabung dalam CIS. Negara-negara yang tergabung misalnya Armenia, Azerbaijan, Belarus, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan, Ukraina, Moldova. organisasi tersebut bersifat longgar, yang tidak bergabung adalah Georgia dan negara-negara Baltik.[5] hingga saat ini dibawah kepemimpinan Presiden Putin. beranggapan bahwa, NATO mengabaikan upaya bersama untuk membangun tatanan baru di Eropa seusai perang dingin tanpa berkonsultasi dengan Rusia artinya secara sepihak memperluas jangkauan kehadiran pasukan NATO sampai keperbatasan Rusia.
Dalam merespon hal tersebut Rusia melakukan kerjasama dengan bekas negara-negara Uni Soviet yang tergabung dengan CIS juga melakukan beberapa strategi misalnya Rusia mencoba pada masa pemerintahan Putin dengan meningkatkan kapabilitas militernya, memperkuat guna menopang kebutuhan pembangunan militer yang besar tersebut, Rusia telah menaikkan anggaran militernya 25-30%. Berbeda ketika Rusia dipimpin oleh Yeltsin anggaran pertahan hanya 3%. namun Tahun 2004 anggaran militer Rusia mencapai 138 Miliar Rubel (£2,68 billion), tahun 2005 naik menjadi 184 Miliar Rubel (£3,56 billion), dan tahun 2006 menjadi 236 Miliar Rubel (£4,57 billion). Terakhir, pada 2007 anggaran naik lagi menjadi 300,5 Miliar Rubel (£5,9 billion). Untuk anggaran 2007, hampir setengahnya digunakan bagi pembelian dan modernisasi peralatan. Kemudian 60 Miliar Rubel untuk perawatan dan 97 Miliar Rubel untuk riset dan pengembangan.[6]
Untuk daftar belanja senjata 2006-2015 telah dituangkan dalam GVP-2015 yang ditandatangani Presiden Putin pada November 2006. Di situ antara lain disebut, sebanyak £96 Billion dianggarkan untuk biaya pemodalan program 10 tahun ke depan. Sebagian besar dana akan digunakan untuk pembangunan kekuatan nuklir strategis termasuk pembelian 66 Rudal Balistik Antar Benua (ICBM) Topol-M, pembangunan 34 Komando pusat peluncur ICBM dan pembuatan lima kapal selam bersenjata Rudal Balistik Komando Penerbangan Strategis akan mengkaji 50 Pesawat pembom jarak jauh dan meng-upgrade hampir separuhnya dengan sistem avionik terbaru dilengkapi rudal jelajah. Termasuk dalam armada ini adalah Tu-95MS dan Tu-160. pada 2003 AU Rusia memiliki 3.416 pesawat Untuk pertahanan udara, VVS juga akan membangun 18 Skuadron Rudal Antipesawat dengan rudal terbaru S-400 Triumf (SA-21 Growler). Rudal yang sama digunakan juga oleh Batalion Pertahanan Udara Angkatan Darat di sekitar ibukota Moskwa.[7]
Peningkatan anggaran militer dan modernisasi militer seperti di atas serta Rusia membentuk organisasi CIS yang anggotanya negara-negara bekas Uni Soviet tersebut menandakan Rusia serius merespon berbagai ancaman bagi keamananya  namun masih banyak selali strategi Rusia agar NATO tidak lagi memperluas keanggotaannya tidak merelokasi pangkalan militernya Dari Eropa Barat ke Eropa Timur, Rusia semakin sensitif berada dibawah bayangan kehadiran pangkalan militer NATO yang mengarah ke Rusia.selain itu Rusia menuduh NATO menginginkan menjadi  adidaya tunggal dengan memberikan peluang terhadap negara-negara bekas Pakta Warsawa bergabung dengan NATO. Sehingga atas dasar yang sama NATO membujuk sejumlah negara yang tergabung tersebut menerima kehadiran pangkalan militernya. Peluang tersebut di respon positive oleh negara-negara bekas Pakta Warsawa dengan beramai-ramai ingin bergabung dengan dengan NATO.
Merespon banyaknya negara yang bergabung dengan NATO di Eropa Timur juga mendapat tantangan keras dari Rusia dibawah kepemimpinan Presiden Putin yang sepertinya juga berusaha memperlihatkan kembali hegemoninya d kawasan Eropa akhir-akhir ini. selain itu Rusia menyatakan keberatannya dengan menggertak keberadaan NATO dan ketidak setujuannya ketika Ukraina dan Gerogia menyatakan keinginannya bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara tersebut, dan ternyata Rusia juga tidak main-main dengan ancamannya tersebut dimana Rusia membalas dengan kekuatan militer terhadap Georgia dengan isu separatisme Ossetia Selatan, tindakan tersebut agar ancaman rusia tidak diremehkan sehingga Geogia tidak bergabung dengan NATO.[8]
Semua yang dilakukan Rusia tidak lebih karna keadaan yang memaksa melakukan reaksi dan Dalam beberap perkembangannya Rusia juga melakukan mencoba meningkatkan militernya yang dikhususkan untuk mengadakan Pesawat-pesawat pembom Rusia rutin melakukan misi penerbangan di wilayah kemungkinan diluncurkannya rudal penjelajah di AS. Jubir AU Rusia Kol Alexander Drobyshevsky menyatakan pesawat pemboman Tu-160, Tu-95 and Tu-22M, pesawat penyuplai bahan bakar dan radar udara diikut sertakan dalam latihan perang bersama China dan empat negara Asia Tengah lainnya.VVS yang telah digabung dengan Komando Pertahanan Udara (PVO) tahun 1998 saat ini diawaki oleh sekitar 180.000 personel (setengah dari jumlah personel AU AS). Menaungi 80 Resimen Udara dan kurang lebih 30 Resimen Rudal Antipesawat. Markas Komandonya berlokasi di Balashika, dekat Moskwa, yang tidak lain adalah bekas Markas Komando Pertahanan Udara.[9]
Berbagai modernisasi yang dilakukan Rusia misalnya juga menyentuh jet pencegat MiG-31BM Foxhound, jet tempur Su-27SM dan pembom taktis Su-24M2 Fencer serta pesawat penyerang Su-25SM, heli tempur Mi-24PN Hind, Ka-50/52 dan lainnya. VVS juga memiliki sub-divisi di delapan Air Army, 37th Air Army berkekuatan pembom strategis jarak jauh dan 61st Air Army berkekuatan pesawat angkut An-26 dan An-12. patroli rutin pembom strategis Tu-95MS Bear dan Tu-160 Blackjack yang kadang mendekati wilayah udara Inggris di kawasan Atlantik Utara. Sehingga inggris juga melakukan pengejaran terhadap pesawat Rusia. Selain itu Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet telah banyak mengalami perubahan dalam militer misalnya sudah tidak  mengaktifkan pesawat patroli namun ketika masa pemerintahan Putin mengaktifkan kembali penerbangan patroli pembom jarak jauh didasari kekecewaan karena negara lain tidak mengikuti jejak yang dilakukan Rusia, sekurangnya 20 pembom strategis dilengkapi rudal dan pesawat pendukung pengisi bahan bakar di udara, diterbangkan Rusia guna melakukan patroli rutin 20 jam sehari. Mereka terbang dari tujuh pangkalan udara dan meng-cover wilayah strategis di Lautan Pasifik serta Lautan Atlantik[10]
Langkah Rusia dalam mengaktifkan penerbangan patroli rutin jarah jauh tersebut akan membuat ataupun NATO tidak lagi memperluas keanggotaannya, di samping meningkatkan kapabilitas pertahanan di dalam negerinya, Rusia juga melakukakan aliansi militer dengan  China dan negara – negara Asia Tengah melakukan latihan militer bersama melibatkan enam negara yang tergabung dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO). Latihan militer dipusatkan di wilayah Chelyabinsk. Sebanyak 6.500 personel serta lebih 100 Pesawat terlibat dalam latihan ini. Sesuai tujuan SCO yang didirikan tahun 2001, kerjasama lebih ditujukan agar AS dan NATO meninggalkan Asia tengah, selain itu kerjasama tersebut untuk pembangunan ekonomi bersama di mana pada akhirnya anggaran militer masing-masing negara akan terdongkrak olehnya. Anggota dari SCO ialah China, Rusia, Uzbekistan, Kyrgyztan, Kazakhstan dan Tajikistan.[11]
Selain itu Rusia melakukan kerjasama militer  Collective Security Treaty Organisation (CSTO). Yang terdiri dari negara pecahan Unis Soviet misalnya Armenia, Belarus, Kazahstan, Rusia, Tajikistan pasukan ini akan digunakan untuk menahan agresi militer, melakukan operasi anti-teroris, memerangi kejahatan transnasional. Pasukan ini secara pemanen akan berbasis di Rusia dan dibawah satu komando dengan negara-negara anggota CSTO mengkontribusikan unit militer khusus. Rusia di Kyrgyztan menempatkan satuan militer hingga seukuran satu batalyon dan pusat pelatihan untuk personil militer kedua negara. Perjanjian ini berlaku untuk 49 tahun dan dapat secara otomatis diperpanjang sampai periode 25 tahun.[12] Selain itu Rusia juga mendekati negara muslim misalnya Iran dan juga negara Amerika latin khususnya negara yang anti Amerika Kuba, Venezeula. Asia Timur Korut dan Cina. Presiden Venezuela Hugo Chavez telah menawarkan satu pulau lengkap dengan fasilitas yang dapat digunakan sebagai pangkalan sementara pesawat pengebom strategis.[13] Pada tahun 2000, Rusia dan Korea Utara melakukan normalisasi pada hubungan mereka. Hal ini ditandai oleh adanya penandatanganan perjanjian persahabatan damn pertemuan tingkat tinggi antara kedua negara. jika terdapat bahaya agresi dari satu atau negara yang mengancam keamanan.






















KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian respon Rusia terhadap perluasan NATO, dimana pakta pertahanan Atlantik utara tersebut berhasil memperluas keanggotaannya ke bekas negara-negara Uni Soviet dan sehingga perbatasannya semakin meluas, NATO juga merelokasi pangkalan militernya dari eropa barat ke Eropa Timur, sehingga tingkah laku NATO tersebut mendapat tantangan keras dari Rusia, perluasan NATO dan relokasi militer NATO ke Eropa Timur, memberikan pengaruh terhadap Rusia, sehingga Rusia juga menggunakan berbagai macam cara sebagai respon terhadap aktivitas NATO dengan cara yaitu, peningkatan militer yang terdiri dari modernisasi militer atau pembuatan peralatan militer baru selain itu pengaktifan pesawat patroli militer Rusia yang dilengkapi dengan pembom jarak jauh.
            Selain itu Rusia melakukan kerjasama militer untuk menanamkan pengaruhnya dan untuk keamanan negaranya misalnya kerjasama CIS, SCO dan CSTO. Rusia juga mendekati negara-negara yang Anti Amerika misalnya Iran, Cuba dan Venezeula, Korea utara, dimana negara tersebut pernah melakukan latihan militer bersama misalnya latihan militer Rusia dengna Cuba dan Venezeula. Sehingga perluasan NATO dan penempatan rudal amerika di eropa timur memberikan pengaruh terhadap rusia






DAFTAR PUSTAKA
Smith Steve, Boot Keth. International Theory; Postivism and Beyond. 1996.Cambride University.
Echols Jhon, Shadily Hasan, kamus Indonesia Inggris. 1992, Gramedia Jakarta.
Echols Jhon, Shadily Hasan, kamus Inggris Indonesia. 1992, Gramedia Jakarta.
Effendy Muhadjir, Profesianalisme Militer: Profesionalisasi TNI, 2008, UPT Universita Muhammadiyah Malang
Jackson Robert and Sorensen George, Pengantar Studi Hubungan internasional 2005, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Mas'od Mohtar, ilmu Hubungan Internasiona: Disiplin dan Metodelogi, 1990. PT pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
Coulumbus and Theodore, Pengantar Hubungan Internasional : Keadilan dan Power, Cambridge 1990.
Ir Rahmat Wiotolar, Rusia menuju demokrasi,’Jakarta: Yayasan obor indonsia, 2005, hal 225
Shaumil Hadi dalam bukunya third debat dan kritik positivisme.’Yogyakarta,jalasutra 2008

SUMBER DARI INTERNET
















[2] Ir Rahmat Wiotolar, Rusia menuju demokrasi,’Jakarta: Yayasan obor indonsia, 2005, hal 225.
[3] Mohadjir Effendi, Profesionalisme Militer, Malang, Umm Press.2008, hal 136
[4] Ir Rahmat Wiotolar, Rusia menuju demokrasi,’Jakarta: Yayasan obor indonsia, 2005, hal 225.
[5] Ibid
[7] ibid
[10] Ibid


[11] Ibid



1 komentar:

  1. Merit Casino: A Safe, Secure Way to Play and Earn Rewards
    Merit 메리트카지노 주소 Casino is a safe, secure, and secure way to play and earn rewards at all your favorite online and mobile casino sites.

    BalasHapus